Laporkan Penyalahgunaan

 

WELCOME TO IBUK OZ TALE

header Ibuk Oz Tale

KHD (Konsep, Hayati dan Dedikasi) Refleksi 4P Mairoza HR

Konten [Tampil]
  
                Selama mempelajari Modul 1.1 tentang Pemikiran Dasar Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya dapat menyimpulkan proses pembelajaran saya ke dalam 3 tahap, sesuai dengan singkatan nama Ki Hadjar Dewantara yaitu KHD (Konsep, Hayati dan Dedikasi).

Foto konsep KHD Modul 1.1

Mengubah Konsep Diri, Menghayati Pemikiran KHD dan Mendedikasikan Diri untuk Peserta Didik

                Pada tahap konsep saya mengalami perubahan konsep, pola pikir, cara pandang terhadap sosok seorang guru dan tujuannya dalam pendidikan. Selama ini saya merasa bahwa sebagai seorang guru saya sudah menjadi sosok yang baik, mumpuni dan merasa hebat dalam memberikan pendidikan pada peserta didik. Semua kepercayaan saya tersebut runtuh ketika mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.


                Sebagai seorang guru saya merupakan suri tauladan bagi peserta didik, memberi motivasi dan mendorong peserta didik untuk terus menggali potensinya sesuai dengan Ing ngarso sung tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Selain itu sebagai seorang pendidik saya memiliki tugas dan tujuan untuk mengantarkan peserta didik demi mencapai keselamatan yang hakiki baik sebagai seorang manusia dan sosial masyarakat. Maka dari itu sudah kewajiban seorang guru untuk menuntun peserta didik sesuai dengan potensi atau kodrat alam dan menyesuaikan pembelajaran dengan kodrat zamannya sehingga dapat tercapai peserta didik yang berprofil Pelajar Pancasila.


                Setelah konsep pada cara pandang dan berpikir saya sebagai seorang guru berubah, saya mulai menghayati dan menanamkan pemikiran tersebut dalam diri saya. Ketika saya mencoba menerapkan atau mendedikasikan pemikiran menuntun peserta didik di dalam kelas saya menemukan beberapa hambatan dan kesulitan di antaranya adalah mengubah kebiasaan lama ke kebiasaan baru dalam belajar seperti melakukan kesepakatan kelas, awalnya saya berpikir anak-anak tidak memahami konsep kesepakatan kelas, namun saya mencoba menjelaskan dengan perlahan, akhirnya mereka mengungkapkan apa saja kesepakatan yang akan dibuat di kelas selama pembelajaran.


                Kesulitan yang saya hadapi adalah ketika pembelajaran berlangsung dan peserta didik belum terbiasa dengan kesepakatan kelas sehingga pada awalnya masih banyak peserta didik yang melanggar kesepakatan kelas, seperti tidak membuat keributan. Nah, saya berulangkali mengingatkan dengan kesepakatan kelas yang telah dibuat sebelumnya sehingga mereka mengingat kembali kesepakatan tersebut dan mulai memelankan suara mereka. Di sinilah peran menuntun yang tidak bisa dilakukan dengan cepat, butuh kesabaran dan pembiasaan yang berulang-ulang.


                Kemudian pada saat pembagian kelompok, terdapat salah satu siswa bernama Haldi yang ternyata tidak mau satu kelompok dengan seorang siswi yang sudah saya bagi. Saya berusaha membujuk siswa tersebut agar mau mengikuti pembelajaran, akhirnya ia pun mau meski duduk agak berjauhan dari kelompoknya. Di luar jam pelajaran saya mencoba untuk mendekati siswa tersebut dan menanyakan permasalahan kenapa ia tidak mau satu kelompok ke dengan siswa tersebut dan mencoba menasehatinya tanpa menghakimi pendapat maupun perasaannya. Saya mengatakan bahwa, "Mungkin saat ini kamu tidak bisa memaafkan temanmu karena merasa sakit hati, tapi ibuk yakin suatu hari nanti kamu akan berbesar hati untuk memaafkannya karena memaafkan bukan untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri, supaya kita bisa hidup dengan lebih bahagia"


                Setelah mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara perasaan saya campur aduk, ada perasaan menyesal dan bersalah. Perasaan itu muncul karena saya merasa telah menjadi guru yang egois. Sebagai seorang guru, selama ini saya mengira kewajiban saya hanya mengajar dan menyampaikan pembelajaran, saya lupa bahwa peserta didik memiliki kodrat alam/potensi yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda, karena keegoisan saya untuk menyelesaikan materi yang harus sasya selesaikan, sehingga saya meninggalkan peserta didik yang masih belum menguasai materi dan berpikir bahwa suatu hari nanti mereka akan memahaminya sendiri.


                Saat pembelajaran di kelas pun saya melihat peserta didik yang sangat antusias dalam belajar Bahasa Inggris akan tetapi belum memiliki rasa percaya diri untuk menunjukkan kemampuan mereka. Mereka butuh didorong, dimotivasi, diyakinkan dan diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dalam pembelajaran. Meski awalnya masih sulit, saya tidak ingin rasa menyesal dan bersalah ini saya bawa seumur hidup, sehingga saya harus percaya dan optimis bisa memberikan perubahan positif pada peserta didik.


                Selama pembelajaran saya mulai menemukan hal-hal baru ketika saya menerapkan aksi nyata dengan pemikiran dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yaitu saya memiliki semangat dan keinginan mendalam untuk membuat perubahan dalam cara menuntun peserta didik dengan memperhatikan kodrat alam/potensi serta kodrat zamannya. Saya juga menemukan bahwa peserta didik memiliki keunikan masing-masing yang sangat menarik yang bisa digali potensinya.


                Kedepannya, saya akan mendedikasikan diri dalam menuntun peserta didik dalam memberikan pembelajaran yang menarik dan mendorong peserta didik dalam mencapai profil pelajar pancasila. Semoga saya bisa dengan konsisten dalam menerapkan pemikiran KHD ini ke dalam diri saya dan kelas yang saya ajarkan.


Mairoza HR
Seorang Guru Bahasa Inggris yang Mengajar di SMP Negeri 2 Jujuhan. Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Bungo. Ko Kapten Belajar.id Provinsi Jambi. Fasda Litnum Kabupaten Bungo. Sahabat Teknologi Jambi 2024

Related Posts

Posting Komentar